Pada perdagangan Senin (20/07/2020) nilai tukar yen melemah melawan dolar AS. Risiko resesi panjang yang dialami Jepang membuat yen sedikit tertekan melawan dolar AS yang sama-sama menyandang status aset aman.
Sedangkan yen mampu menguat tajam melawan rupiah. Dilansir dari laman CNBC Indonesia, yen melemah 0,35% melawan dolar AS ke 107,36/US$ di pasar sport. Sementara yen menguat 0,4% ke Rp 137,16/JPY melawan rupiah.
Jepang menjadi negara maju pertama yang mengalami resesi di tahun ini. Resesi sudah terjadi pada kuartal I-2020 lalu setelah produk domestik bruto (PDB) minus 1,7% year-on-year (YoY), setelah minus 0,7% YoY pada kuartal IV 2019.
Diperkirakan resesi yang dialami Jepang masih akan berlanjut di kuartal II-2020, bahkan diprediksi menjadi yang terburuk dalam 10 tahun terakhir. Salah satu tandanya adalah ekspor yang terus menurun.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Keuangan Jepang hari ini menunjukkan ekspor di bulan Juni merosot 26,2% YoY, lebih besar dari hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi penurunan 24,9%. Penurunan ini melanjutkan kinerja negatif bulan Mei 28,3% YoY, menjadi yang terburuk sejak September 2009. Hasil polling Reuters, perekonomian Jepang diramal akan berkontraksi 5,3% di tahun fiskal 2020 dan akan menjadi yang terburuk sejak tahun 1994.
Pemicu utama anjloknya ekspor Jepang adalah penurunan permintaan dari AS. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia membuat aktivitas perekonomian global menurun. Apalagi AS menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia saat ini.
Amerika Serikat belum mengalami resesi, sehingga dolar AS sedikit lebih unggul dibanding yen Jepang. Namun, pada kuartal II-2020 di PDB AS juga diramal akan berkontraksi dalam, sehingga akan mengalami resesi juga.
Sementara itu, yen menguat melawan rupiah. Dua mata uang ini memiliki status berbeda. Yen aset save haven, sedangkan rupiah mata uang emerging Market yang dianggap berisiko. Apalagi Indonesia juga berisiko menghadapi resesi. Pada Kamis pekan lalu, Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020.
Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh. Jika resesi global terjadi lebih dalam dan pembatasan sosial domestik lebih ketat, Bank dunia memiliki skenario kedua yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020.
Bulan Juli merupakan awal kuartal III-2020, jika PSBB transisi yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta terus berlanjut, artinya masih belum semua sektor ekonomi yang dibuka. Ada risiko pertumbuhan ekonomi minus, seperti yang diramal oleh Bank Dunia. Karena DKI Jakarta berkontribusi sebesar 29% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional di tahun 2019.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%. Sementara untuk PDB kuartal III-2020 diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Ini artinya memang ada risiko Indonesia mengalami resesi di kuartal III-2020 nanti. Rupiah pun akan mengalami tekanan.
Sumber: www.cnbcindonesia.com