Ringkasan:
-
Pada perdagangan Jumat (23/10/2020), USD terpantau cenderung menguat setelah melemah terhadap euro dan mengalami penurunan mingguan terbesar terhadap yen dalam sebulan.
- Imre Speizer, analis mata uang Westpac, mengungkapkan jika Biden menang dan melanjutkan stimulus maka hingga ke dolar AS yang negatif, berisiko, positif untuk Aussie dan kiwi.
- Sterling tergelincir semalam akibat ketidakpastian prospek Brexit, namun naik 1.2% pekan ini dan bertahan di $1.3070, berpotensi turun hingga $1.30-an.
USD cenderung menguat pada perdagangan hari Jumat, setelah melemah terhadap euro dan mengalami penurunan mingguan terbesar terhadap yen dalam sebulan. Akibat para investor yang mulai bertaruh pada kepresidenan Biden dan stimulus AS yang besar.
Pergerakan harian sedikit dan sebagian besar mendukung USD pada awal sesi Asia karena para pelaku pasar menunggu debat terakhir presiden AS. Pasar bisa sensitif terhadap momen pengalihan suara karena kampanye mencapai puncaknya, menjelang hari pemungutan suara, 3 November mendatang.
Dolar AS terangkat dari level terendah tujuh pekan pada hari Rabu terhadap mata uang utama lainnya, namun masih berada di sekitar 0.8% lebih rendah untuk pekan ini.
Harapan bahwa Kongres akan mengeluarkan paket stimulus sebelum pemilihan dan keyakinan bahwa pengeluaran akan mengikuti, tak peduli presiden yang terpilih, telah mendorong aksi jual di pasar obligasi untuk mengantisipasi lebih banyak pinjaman pemerintah.
USD dijual sepanjang minggu karena prospek stimulus menarik para investor, termasuk selera mereka untuk mata uang berisiko, sementara kehati-hatian yang mendasarinya juga telah memberikan dorongan bagi safe-haven yen Jepang.
Analis mata uang Westpac, Imre Speizer, mengungkapkan bahwa jika lolos dan Biden menang, kemudian melanjutkan stimulus, maka dolar AS kembali negatif, berisiko untuk Aussie dan Kiwi.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik tipis 0.1% lebih tinggi pada Jumat, sekitar 0.7% lebih kuat pada pekan ini, dengan kenaikan lebih lanjut dibatasi oleh ekspektasi yang berkembang bahwa Reserve Bank of Australia akan menurunkan suku bunga ketika pertemuan November.
Dolar Selandia Baru tergelincir 0.1% hari Jumat setelah data inflasi yang lebih lemah dari perkiraan, namun telah hampir 1% untuk minggu ini.
Yen Jepang turun semalam setelah Ketua DPR, Nancy Pelosi, mengatakan ada kemajuan pembicaraan stimulus. Namun sekitar setengah persen lebih tinggi untuk minggu ini telah menguat hampir 3% sejak April.
Euro naik 0.8% pekan ini, meski ditarik kembali semalam akibat lonjakan kasus Covid-19 di Eropa. Angka Indeks Manajer Pembelian Inggris, Eropa dan AS akan dirilis Jumat.
Sterling tergelincir akibat ketidakpastian prospek Brexit, namun naik 1.2% minggu ini dan bertahan di atas $1.30 berkat harapan Inggris dan Uni Eropa dapat mencapai kesepakatan perdagangan sebelum periode transisi berakhir pada 31 Desember mendatang.
Sumber: www.foreximf.com