Pergerakan nilai tukar dolar AS bergerak bervariasi melawan mata uang Eropa pada perdagangan Selasa (17/06/2020) kemarin. Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus mengakibatkan dolar AS kurang dilirik, sebab statusnya sebagai aset aman (safe haven).
Berdasarkan data rilisan Refinitiv, pukul 19:02 WIB, dolar AS melemah sebesar 0.33% melawang GBP di US$ 1.2643. Sementara itu kala melawan mata uang Swiss, franc Swiss (CHF), juga melemah 0.15% di 0.9476/US$. Namun demikian, mata uang AS masih mampu menguat 0.2% melawan Euro di US$ 1.1299.
Sentimen pelaku pasar mulai membaik setelah pada Senin siang, waktu setempat, bank Sentral Amerika (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan bahwa mulai Selasa akan membeli obligasi perusahaan di pasar sekunder melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility (SMCCF).
Program tersebut telah diumumkan pada 23 Maret lalu, dan merupakan salah satu fasilitas dari The Fed yang dapat digunakan untuk meredam dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian. Dilansir nilai program tersebut mencapai US$ 750 M.
Sementara siang kemarin (16/07/2020), bank sentral Jepang (Bank of Japan, BOJ), mengumumkan menambah jumlah likuiditas ke perekonomian sebesar US$ 300 M menjadi US$ 1 T, dari sebelumnya US$ 700 M. Melalui program pinjaman lunak kepada perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19.
Akibat stimulus tersebut, bursa saham global menunjukkan tren positif atau menghijau, dan mengindikasikan mood investor sedang bagus.
Jelang dibukanya perdagangan sesi AS, pelaku pasar dibuat makin optimis setelah kabar pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, sedang mempersiapkan proposal pembangunan infrastruktur senilai US$ 1 T.
Bloomberg mengutip dari sumber yang mengetahui rencana tersebut melaporkan versi awal proposal, yang menunjukkan bahwa sebagian besar dana akan di gelontorkan guna pembangunan infrastruktur tradisional, seperti jalan raya dan jembatan, kemudian infrastruktur teknologi 5G dan broadband untuk wilayah pedesaan.
Dengan kucuran dana tersebut, diharapkan perekonomian AS berputar lebih kencang dan mampu menambah tenaga untuk segera bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 (virus corona). Hal tersebutlah yang membuat sentimen pelaku pasar semakin membaik, dan dolar AS menjadi kurang baik.
Sumber: www.cnbcindonesia.com