Risiko penyebaran Covid-19 gelombang kedua (second wave) turut mempengaruhi kekuatan dolar AS. Pada Senin (22/06/2020) kemarin, perdagangan dolar yang notabene menyandang status safe haven justru lesu dan mengalami pelemahan.
Indeks dolar AS melemah ke 97.4 pada pukul 19.09 WIB. Parameter kekuatan the greenback ini dibentuk dari enam mata uang mitra dagang AS, yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Pada waktu yang sama, terpantau dolar AS melemah 0.31% melawan euro, 0.31% di hadapan dolar Kanada, dan 0.25% melawan franc Swiss. Saat dihadapkan dengan poundsterling, dolar AS melemah 0.42% dan 0.635% dengan krona Swedia. Namun stagnan saat berhadapan dengan yen.
Setelah 50 hari tanpa transmisi lokal Covid-19 alias nol kasus, Beijing melaporkan kasus pertama pada Jumat (12/06/2020). Menjadi episenter penyebaran Covid-19, seiring Komisi Kesehatan Nasional China yang melaporkan 18 kasus Covid-19 baru sehingga total kasus di Beijing menjadi 236 orang.
Sementara itu di Eropa tingkat reproduksi (Rt) Covid-19 pada hari Minggu (21/06/2020) naik menjadi 2.88 dari sebelumnya 1.79. Artinya setiap satu orang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan 2.88 orang, atau dari 100 orang dapat menularkan hingga 288 orang. AS pun melaporkan rekor penambahan kasus per hari di sejumlah negara bagian.
Pekan lalu, AS melaporkan jumlah kasus baru pada hari Jumat dan Sabtu, lebih dari 30000 orang. Rekor kenaikan terbesar sejak 1 Mei, berdasarkan data Johns Hopkins CSSE sebagaimana dilansir CNBC International.
Tujuh negara bagian yang melaporkan rekor penambahan kasus Covid-19 yakni Florida, South Carolina, Missouri, Nevada, Montana, Utah, dan Arizona. Peningkatan kasus ini terjadi sejak lockdown dilonggarkan. Akibat banyaknya warga yang beraktivitas tanpa mengikuti protokol kesehatan secara disiplin.
Jika peningkatan kasus terus terjadi, kebijakan social distancing kemungkinan akan diterapkan, dan dapat berisiko memukul kembali perekonomian AS. Tak heran lonjakan kasus tersebut membuat daya tarik dolar AS menurun.
Mengutip CNBC International, Sameer Goel, analis Deutsche Bank, mengatakan pasar uang saat ini menghadapi ‘berbagai arus silang’ di tengah ancaman second wave ini. Hal ini turut menimbulkan pertanyaan bagi investor mengenai posisi dolar AS sebagai salah satu aset safe haven, mengingat permintaan dolar yang cukup berkurang di saat kondisi darurat.
Sumber: www.cnbcindonesia.com