Pada perdagangan Rabu pagi (18/06/2020), nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS dan rupiah kembali menguat. Prediksi Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai pertumbuhan ekonomi global akan memburuk membuat yen kembali diburu pelaku pasar.
Tercatat pada pukul 21:20 WIB, yen menguat 0,18% melawan dolar AS ke 106,81/US$, dan 0,9% melawan rupiah ke Rp 130,18/JPY. Kemarin yen menguat 0,3% melawan dolar AS dan 0,35% melawan rupiah. Di awal pekan ini, IMF memprediksi perekonomian global di tahun 2020 akan lebih buruk lagi ketimbang sebelumnya di bulan April. Saat itu, IMF memprediksi perekonomian global akan mengalami kontraksi 3% di tahun ini. Proyeksi terbaru dari IMF tentunya lebih besar, bahkan dikatakan menjadi yang terburuk sejak Depresi Besar (Great Depression) di AS pada tahun 1930an.
Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath dalam sebuah blog mengatakan bahwa, "Untuk pertama kalinya sejak Great Depression, baik negara maju atau berkembang akan mengalami resesi pada tahun 2020. Data Outlook Ekonomi Global mendatang sepertinya menunjukkan tingkat pertumbuhan negatif, bahkan lebih buruk daripada yang diperkirakan,"
IMF mengatakan krisis yang terjadi saat ini tidak pernah terjadi sebelumya, dan dilabeli The Great Lockdown.
Lockdown adalah kebijakan karantina wilayah yang dilakukan negara-negara guna meredam penyebaran pandemi virus Covid-19. Akibat kebijakan lockdown, perekonomian menjadi menurun drastis, bahkan nyaris terhenti, sehingga kontraksi bahkan resesi tak bisa dihindari.
Yen menjadi aset yang dianggap aman (safe haven), bahkan lebih safe haven ketimbang dolar AS. Karena itu, ketika mood pelaku pasar memburuk akibat The Great Lockdown, menurut IMF daya tariknya akan meningkat.
Selain itu, pelaku pasar juga berhati-hati akan penyebaran gelombang kedua pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Hal tersebut lagi-lagi menguntungkan yen.
China, negara asal virus covid-19, kini kembali mengalami peningkatan kasus. Kali ini episenter berada di Beijing. Pada Rabu (17/06/2020), ada tambahan 31 kasus baru, sehingga total ada 137 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada Jumat (12/6/2020).
Akibatnya, beberapa penerbangan dibatalkan, sekolah diliburkan, dan pengunjung dari luar kota dibatasi. Peningkatan kasus tersebut membuat pelaku pasar waspada akan kemungkinan penerapan lockdown lagi di China, yang tentunya akan memukul pertumbuhan ekonomi global.
Tidak hanya di China, di AS juga terjadi hal yang sama. Negara Bagian Texas melaporkan penambahan kasus Covid-19 sebanyak 2.793 orang atau 11% dari total kasus yang ada Rabu kemarin. Sebelumnya pada hari Selasa, tercatat kasus baru sebanyak 2.518.
Penambahan kasus tersebut terjadi setelah AS melonggarkan kebijakan lockdown, dalam beberapa minggu terakhir.
Sumber: cnbcindonesia.com