Dolar AS mempertahankan kenaikan terhadap mata uang utama ak...
Euro Menguat ditengah Naiknya Kasus Covid-19 Jerman
Nilai tukar euro menguat melawan rupiah dan dolar AS pada perdagangan Senin (22/06/2020). Jerman menjadi salah satu negara yang dianggap sukses meredam penyebaran Covid-19 di Eropa. Padahal tingkat penyebaran kasus pandemi Covid-19 cukup tinggi di Jerman.
Euro menguat 0,56% di Rp 15.789,18/EUR pada pukul 13:23 WIB, sementara dilansir data Rfinitiv, dolar AS menguat 0,21% ke 1,1198/US$ di pasar spot.
Setelah kebijakan lockdown di Jerman dilonggarkan, tingkat reproduksi (Rt) Covid-19 pada hari Minggu dilaporkan meningkat menjadi 2,88 dari sebelumnya 1,79. Ini artinya 1 orang yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan ke 2,88 orang, atau dari 100 orang bisa menularkan ke 288 orang.
Jerman kini mengikuti China dan AS yang berada dalam risiko serangan Covid-19 gelombang kedua. Meski demikian, euro mampu menguat melawan rupiah pada hari ini. Hal ini disebabkan oleh rupiah yang merupakan aset negara emerging market tentunya dianggap lebih berisiko mengalami gejolak ketika serangan gelombang kedua benar terjadi, atau terjadi peningkatan jumlah kasus Covid-19 di negara-negara lainnya.
Sementara itu, dolar AS juga sedikit menurun akibat lonjakan kasus yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Pekan lalu AS melaporkan kenaikan jumlah kasus baru pada Jumat dan Sabtu lebih dari 30.000 orang. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE sebagaimana dilansir CNBC International, Peningkatan tersebut menjadi yang terbesar sejak 1 Mei.
Sebanyak 7 negara bagian dilaporkan mencatat rekor peningkatan kasus Covid-19. 7 Negara Bagian tersebut yakni Florida, South Carolina, Missouri, Nevada, Montana, Utah, dan Arizona. Peningkatan kasus ini terjadi setelah kebijakan lockdown dilonggarkan di AS. Warganya kembali beraktivitas, namun dilaporkan banyak yang tidak mengikuti protokol kesehatan, sehingga kembali terjadi lonjakan kasus.
Jika jumlah kasus terus meningkat di seluruh Amerika Serikat, maka kebijakan physical distancing kemungkinan akan kembali diterapkan, dan berisiko memukul perekonomian AS lagi.
Jika hal itu terjadi, maka AS akan tertinggal dalam hal pemulihan ekonomi dengan zona euro. Akibatnya, nilai tukar dolar AS melemah melawan euro. Dalam kondisi saat ini, ketika pelambatan ekonomi terjadi di mana-mana, pelaku pasar akan memilih mengalirkan modalnya ke negara-negara yang lebih dulu sukses meredam penyebaran Covid-19 agar perekonomiannya segera bangkit.
Sumber: cnbcindonesia.com