Bias bullish AUD/USD terhenti sejenak di 0.7374, tertinggi 3...
Jumat, 13 Nov 2020
Jeda Rally Awal November, AUD di 0.7200
Ringkasan:
AUD/USD bergerak di sekitar 0.7225-0.7230, memantul dari terendah sepekan di 0.7222, pada awal sesi Asia hari Jumat (13/11/2020). Pasangan Aussie menandai penurunan terbesar dalam tiga pekan pada hari sebelumnya. Akibat sentimen perdagangan yang memburuk di tengah kasus Covid-19 di AS dan Eropa.
Ketegangan AS dan China, juga Beijing dan Canberra bergabung dengan surutnya optimisme vaksin Covid-19 sehingga membebani suasana pasar.
Rekor kasus Covid-19 di AS serta kematian akibat Covid-19 tertinggi sejak Mei terus memperburuk ekonomi AS. Chicago pun mengikuti jejak New York yang membatasi aktivitasnya. Di sisi lain, Ketua Fed Jerome Powell meragukan kepuasan yang disebabkan oleh vaksin dan menawarkan tantangan tambahan bagi risiko.
Perselisihan perdagangan/politik antara China dan Amerika serta Australia kembali terjadi. Setelah AS yang memperingatkan Beijing secara tak langsung atas tindakan kekerasan di Hong Kong selama sesi Asia hari Kamis, pemerintahan Trump bersiap membatasi investasi perusahaan China. Sementara itu, China juga melarang kayu gelondongan ke Victoria.
Ekonomi yang menyusut akibat inflasi Oktober gagal menghibur pasar. Klaim Pengangguran Mingguan serta Ekspektasi Inflasi Konsumen Australia tumbuh melampaui konsensus dan perkiraan pasar.
Tolok ukur Wall Street tidak dapat mengabaikan suasana pasar yang suram sambil memangkas kenaikan besar pekan ini, sedangkan imbal hasil Treasury AS 10-tahun turun 10 basis poin (bps) menjadi 0.885%, terbesar dalam lebih dari seminggu pada akhir perdagangan hari Kamis kemarin.
Data dan peristiwa utama di kalender Asia yang kurang menjadikan berita utama risiko adalah katalis utama yang perlu diperhatikan. Dikutip ABC News, pidato PM Australia Scott Morrison menjadi kunci, terkait vaksin potensial dan rencana membuka kembali negara sebelum Natal mendatang.
Sumber: www.foreximf.com
- AUD/USD terkoreksi dekat kisaran terendah sepekan di 0.7222.
- Kekhawatiran akan Covid-19 mempengaruhi perselisihan China-AS dan Australia-China.
- Tolok ukur Wall Street, imbal hasil Treasury AS 10-tahun melemah akibat harapan vaksin yang gagal.
- Tak ada data ekonomi high impact yang dirilis, namun pidato PM Aussie dipantau.
AUD/USD bergerak di sekitar 0.7225-0.7230, memantul dari terendah sepekan di 0.7222, pada awal sesi Asia hari Jumat (13/11/2020). Pasangan Aussie menandai penurunan terbesar dalam tiga pekan pada hari sebelumnya. Akibat sentimen perdagangan yang memburuk di tengah kasus Covid-19 di AS dan Eropa.
Ketegangan AS dan China, juga Beijing dan Canberra bergabung dengan surutnya optimisme vaksin Covid-19 sehingga membebani suasana pasar.
Rekor kasus Covid-19 di AS serta kematian akibat Covid-19 tertinggi sejak Mei terus memperburuk ekonomi AS. Chicago pun mengikuti jejak New York yang membatasi aktivitasnya. Di sisi lain, Ketua Fed Jerome Powell meragukan kepuasan yang disebabkan oleh vaksin dan menawarkan tantangan tambahan bagi risiko.
Perselisihan perdagangan/politik antara China dan Amerika serta Australia kembali terjadi. Setelah AS yang memperingatkan Beijing secara tak langsung atas tindakan kekerasan di Hong Kong selama sesi Asia hari Kamis, pemerintahan Trump bersiap membatasi investasi perusahaan China. Sementara itu, China juga melarang kayu gelondongan ke Victoria.
Ekonomi yang menyusut akibat inflasi Oktober gagal menghibur pasar. Klaim Pengangguran Mingguan serta Ekspektasi Inflasi Konsumen Australia tumbuh melampaui konsensus dan perkiraan pasar.
Tolok ukur Wall Street tidak dapat mengabaikan suasana pasar yang suram sambil memangkas kenaikan besar pekan ini, sedangkan imbal hasil Treasury AS 10-tahun turun 10 basis poin (bps) menjadi 0.885%, terbesar dalam lebih dari seminggu pada akhir perdagangan hari Kamis kemarin.
Data dan peristiwa utama di kalender Asia yang kurang menjadikan berita utama risiko adalah katalis utama yang perlu diperhatikan. Dikutip ABC News, pidato PM Australia Scott Morrison menjadi kunci, terkait vaksin potensial dan rencana membuka kembali negara sebelum Natal mendatang.
Sumber: www.foreximf.com